Qyemo's Script: Hancurnya Sistem Pendidikan Kita

Hancurnya Sistem Pendidikan Kita

Akhirnya setelah sekian lama terbelenggu oleh Laporan PKL & Pra Skripsi akhirnya bisa juga menuangkan semua kelebihan ide dan pemikiran saya di Blog ini. Walau pun cuma Laporan PKL aja yg udah siap CETAK alias UDAH SELESAI, tapi tidak apa lah meluangkan semalam untuk menulis di Sini. mungkin juga semenjak saya sibuk dengan Laporan PKL & Pra Skripsi banyak sekali kejadian - kejadian di Indonesia yang menarik untuk saya bahas di sini.

Cukup sekian basa basinya, to the point...


Siapa disini yang pernah merasakan UJIAN NASIONAL di SEKOLAH ? baik itu SD, SMP ato SMA ?
Apakah kalian 100% JUJUR dan tidak melakukan kecurangan dalam mengerjakan UN tersebut ?
kalo saya sih jawabannya, jujur 100% memakai cara CURANG alias TIDAK JUJUR !!!

Kalian akan memilih yang mana ?
A. Tidak JUJUR dlm UN dengan persentase 100% LULUS UN
B. JUJUR dlm UN dengan persentase kurang dari 100% LULUS UN

Saya memilih jawaban A.
Kenapa saya memilih jawaban A ?
Untuk apa saya mengorbankan diri saya sendiri (kalau tidak lulus) hanya untuk menjadi sebuah kebohongan yang diciptakan oleh sebuah sistem yang mengatur Pendidikan di Negara ini.
Sebenarnya Kementrian Pendidikan untuk apa membuat UN ?
Katanya ya katanya sih untuk mengevaluasi hasil pembelajaran selama 1 tahun.
Jadi Kementrian Pendidikan itu intinya hanya melihat HASIL, BUKAN dari PROSES dari pembelajaran tersebut.

apakah kalian tau bahwa PROSES itu sangatlah lebih berharga ketimbang HASIL. Hasil itu HANYALAH BONUS dari PROSES yang telah kita lalui. Contohnya ketika ML, yang kita nikmati itu kan PROSES ML nya, bukan HASIL nya. karena HASIL dari ML itu Positif alias HAMIL hehehe (Bercanda BOS melepas ketegangan)

Sekali lagi saya gambarkan bahwa SISTEM PENDIDIKAN Indonesia ini membuat kita BODOH !!!
Disaat kalian sekolah atau kuliah itu lebih mementingkan yang mana sebagai target akhir dari belajar ?
A. Nilai IPK
B. Keahlian dan Skill

Kalau kalian lebih memilih NILAI daripada Keahlian dan Skill berarti kalian sama seperti Mentri Pendidikan kita ini yang bisa dibilang GENIUS. Hanya mementingkan HASIL ketimbang PROSES. Dan selamat ketika kalian lulus, kalian akan menambah angka PENGANGGURAN di Indonesia.

Banyak sekali orang - orang yang hanya terfokus pada nilai, nilai dan nilai, tetapi melupakan keahlian dan skill yang jelas - jelas akan sangat diperlukan pada dunia kerja atau pun wiraswasta. kalian boleh bangga dengan nilai atau IPK yang tinggi, tetapi sangat ironis sekali apabila nilai atau IPK tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan dengan keahlian dan skill yang dimiliki. Karena dengan cara curang pun kita bisa mendapat nilai yang tinggi. Malah predikat atau gelar nilai / IPK tertinggi itu menjadi beban ketika udah lulus (cerita pacar ane, ada salah satu teman kuliahnya yg IPK nya paling tinggi  Sefakultas Kedokteran dan dia masih nganggur sedangkan teman - teman nya yang lain udah pada dapet kerjaan)


Trus ini semua salah siapa BUNG ?
Apakah itu salah Siswa/i atau Mahasiswa/i karena hanya berorientasi pada HASIL (Nilai) ?

Tidak semuanya salah Siswa/i atau Mahasiswa/i, mungkin mereka salahnya karena di otak mereka hanya terprogram untuk mencari nilai tertinggi, tidak sempat berfikir bagaimana nanti kedepannya setelah lulus, apakah hanya dengan nilai tersebut dapat menjamin dia memiliki masa depan (karir) yang bagus.

Yang jelas mereka itu semua korban dari sebuah sistem Pendidikan kita yang bisa dibilang cecede ini. Entah mereka yang sedang menjabat dan berwenang di sana itu bener - bener berkompeten dalam bidangnya atau ah sudahlah kalian tau sendiri bagaimana sambungan kalimat ini....

Tidak Afdol saya hanya mengkritisi sistem Pendidikan tanpa memberikan solusinya. Inilah solusi dari saya atau bisa dibilang kalau saya jadi Menteri Pendidikan Indonesia inilah yang akan saya lakukan agar membuat Generasi Penerus Bangsa menjadi Pribadi yang "Berakhlak Luhur dan Profesional Dibidangnya".

1.Belajar Pengetahuan UMUM (Matematika, Bahasa, IPA, IPS) cukup sampai Sekolah Menengah Pertama.

2.Memperbanyak jurusan SMK seperti jurusan di Universitas atau Sekolah tinggi agar Minat dan Bakat nya masuk pada 'mesin pengasah' yang tepat. contohnya Kalo mau jadi Atlet masuk sekolah khusus atlet. 

3.Ketika Anak tersebut mau masuk jenjang Sekolah Menengah Atas, Kecerdasan Majemuknya diteliti sehingga diketahui dimana bakat dan dominan intelektual anak tersebut dan ditambah pertimbangan Kemauan serta Passion nya di bidang mana sehingga Pemerintah atau Orang Tua membantu Anak dalam memutuskan mau Sekolah di mana. sehingga BAKAT anak tersebut ditaruh pada wadah yang tepat dan nantinya akan menjadi orang yang benar - benar berkompeten dan Profesional di bidangnya.

4.Pendidikan Moral dan Agama Sangatlah penting, maka dari itu NILAI akhir pada Raport atau hasil UN itu tidak menjadi acuan, tetapi Pendidikan Moral dan Agama bisa didapat dari PROSES dari pembelajaran tersebutlah yang akan menjadi bekal anak tersebut. kalian mau anak bangsa kita ini pintar - pintar tetapi juga pintar korupsi seperti yang terjadi sekarang ini ?

5.Menghapuskan UN karena akan memperburuk moral serta membuat bodoh anak bangsa.

6.Tidak ada yang namanya anak BODOH dan Tidak Naik Kelas. mereka itu hanya korban sebuah sistem yang tidak menyediakan wadah untuk mengasah Minat dan Bakatnya sehingga mereka melakukan penolakan terhadap sistem yang sedang berjalan saat ini dengan tidak mau belajar. contohnya, untuk apa belajar rumus phytagoras sedangkan dalam transaksi jual beli itu tidak diperlukan.

7.Dengan adanya Sekolah Khusus / Memperbanyak jurusan SMK diharapkan anak - anak bisa menyerap ilmu yang benar - benar diperlukannya dalam karir dan masa depannya nanti. toh anak - anak tersebut tidak semuanya mau menjadi ilmuwan, untuk apa mempelajari semua Pelajaran yang tidak diperlukan. Buang - buang waktu dan energi saja.

Doakan saja semoga nanti Menteri Pendidikan berikutnya di pegang oleh orang yang benar - benar peduli dengan Generasi Bangsa.

Maaf tulisan ini tidak sempurna karena ini bukanlah sebuah karya ilmiah (maaf lagi mabok Laporan PKL & Pra Skripsi jadi nulisnya semaunya aja, karena lagi eneg ama tulisan EYD) dan kalau kalian pro atau kontra dengan tulisan ini silakan isi komen di bawah ya. Thanks

8 comments:

  1. Iya nih ada yg salah dengan sistem pendidikan kita. Hehe.. :D
    Eh kalo gue sih menolak UN sebagai tolok ukur kelulusan siswa, tapi disisi lain gue mendukung harus ada evaluasi terhadap sistem pendidikan kita, bisa dengan UN atau cara lain. Mengevaluasi itu penting, proses juga penting. Tapi kan proses yang merasakan siswa, evaluasi dilakukan pemerintah ya untuk mengetahui kondisi pendidikan di indonesia. Memang sih udah jelas-jelas gak merata. Tapi bagi gue evaluasi itu penting. Tapi kalo UN digunakan untuk tolok ukur kelulusan siswa, ya gue menolak. Hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo sekarang ini sih..
      Evaluasi pendidikan kok yg di evaluasi malah siswa nya, bukan pendidiknya.
      kasian kan siswa yang udah 3 tahun sekolah trus ditentukan lulusnya hanya dengan UN semata.
      apalagi belum merata nya kualitas pendidikan, masa soal UN standar internasional tapi kualitas pendidikan di pelosok masih ndeso. Tidak Adil..

      Perasaan sih banyak mudarat nya ketimbang manfaatnya UN ini. yg jelas Kebohongan dalam UN (siswa dan oknum Guru yang memperbaiki / mengisi lembar jawaban siswanya).
      masa pemerintah kita bangga dengan hasil dari sebuah KEBOHONGAN. hehehe

      Delete
    2. Lah! Yg di evaluasi tuh pendidik dan siswanya. Seperti tulisan ini kan, ini adalah hasil evaluasi lo tentang sistem pendidikan sehinggal lo mengeluarkan pendapat bahwa "sistem pendidikan kita udah hancur". :/

      Evaluasi siswa menurut gue penting banget, bgmana bisa tau siswa berkembang atau tidak tanpa evaluasi? :/ bisa sih dinilai oleh gurunya, tapi pemerintah juga butuh penilaian nasional untuk nantinya sebagai bahan pengeluaran kebijakan pendidikan.

      Delete
    3. Evaluasi memang penting, itulah gunanya Raport. bukan UN. soalnya UN penuh dengan kebohongan dan juga terlalu 'kejam' karena kelulusan berdasarkan UN semata.

      sayang nya hasil dari evaluasi siswa tersebut berasal dari hasil KEBOHONGAN :|
      kita tau sendiri kan banyaknya siswa dan Oknum Guru berbuat curang, Banjirnya Kunci Jawaban UN....

      jadi saya pikir kalo pemerintah mengeluarkan kebijakan berdasarkan fakta bohong sama aja boong :|

      Delete
    4. Ya makanya, seperti komentar gue di awal, evaluasi itu bisa lewat UN atau mungkin dengan cara lain. Evaluasi pendidik sama siswa beda, untuk pendidik ada yang namanya sertifikasi dan untuk siswa namanya UN. Yang jadi masalah hari ini adalah UN yang dijadikan sebagai tolok ukur kelulusan, itu yg gue gak sepakat.

      Nah kalo hasilnya dari kebohongan siswa, jadi yg salah siapa? Sistemnya? Kan sistemnya udah ada. Gak ada loh di sistem harus berbohong. Kalo lo ngomongnya gitu berarti tulisan lo ini keliru. Karena lo membantahnya dengan komentar barusan. :))

      Intinya adalah kita perlu evaluasi pendidikan, apapun yang dikerjakan selalu dievaluasi. Ibaratnya manusia harus introspeksi diri. Perihal UN yang menjadi tolok ukur kelulusan semua menolak pastinya, jadi solusinya kelulusan diberikan saja ke pihak sekolah. :D
      Haha thanks..

      Delete
    5. Andai sistem pendidikan kita tidak seperti sekarang, mungkin tidak ada namanya UN sebagai tolak ukur kelulusan. dan juga anak anak bisa bener bener jadi 'Orang yang bener-bener hebat di bidangnya dan bekerja sesuai dengan bidangnya', bukan jadi 'orang yang setengah-setengah'. :|

      hahaha thanks atas komen dan diskusinya :)

      Delete
  2. opini kan...
    ya bebas bebas saja sih, bilang hancur. Tapi cobalah sesekali cari tahu lebih dalam tentang yang disebut "Sistem", itu suatu kesatuan. Apalagi sistem pendidikan, semuanya dibuat oleh para ahli, tidak hanya menteri. Dalam sistem pendidikan serta tujuan kurikulum, juga disebutkan tujuan tiap pelajaran "memahami proses ini, dan dapat menerapkan atau mempraktikkannya ... ..." ga ada yg menulis tujuan "nilai tinggi", Tepatnya, bukan sistem yang slaah, tapi pelaksananya yang salah memerankan proses sistem. Karena, mau sebagus apapun suatu sistem, jika yg melaksanakan tidak mau mengikuti, tetap akan jadi kesia-siaan. seperti sebuah mobil, jika yang menjadi sopirnya tidak mau menjalankan, ya mobilnya ga jalan-jalan. Jika bensinnya, ga ada, ya nggak jalan-jalan. Makanya semua dalam sistem tersebut harus benar-benar mengikuti dan mengerti prosesnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sistem memang kompleks sih kalo di jabarkan dan mengapa ga sampe keseluruhan di bahas dalam postingan ini karena saya bukan anak Jurusan Pendidikan Guru.

      Iyaa sih memang benar pelaksanaannya yang salah, tapi sayang nya beberapa banyak siswa / mahasiswa yang TERJEBAK dalam PELAKSANAAN yang salah dari sebuah sistem.
      Soalnya ga semua anak di Indonesia berpikiran kritis dan anti mainstream.

      dan lebih parah lagi dalam kontek UN. Si A Jujur = tidak lulus, Si Curang = lulus. trus pemerintah cuma meliat kita apa ? cuma ada 2 pandangan toh. LULUS atau TIDAK LULUS.
      walau pun tidak semua orang yang jujur = tidak lulus dan orang lulus = curang.

      paling tidak sistem sekarang 'memaksa' kita untuk melakukan 'apa saja' untuk mencapai kata 'LULUS' dan alhasil, KORUPTOR DI MANA MANA :)

      Delete

Copyright © Qyemo's Script Urang-kurai